Sabtu, 23 Desember 2017

Dolan ke Munjungan

Pantai Blado Munjungan

share/Copas dari https://trenggalekwow.blogspot.co.id/2017/12/munjungan-antara-rengkek-rengkek-dan.html?m=1
Munjungan, 18 Desember 2017....

Kalau bercerita tentangmu mungkin tak hanya sekedar rengkek – rengkek yang cukup fenomenal bagi sebagian besar masyarakat Trenggalek. Bahkan kalau bukan orang asli Munjungan mungkin masih  merasa ragu – ragu untuk menjajal tanjakan jalan ini. 
Tanjakan ini konon sudah memakan banyak korban jiwa, karena si pengendara tak terlalu paham dan menganggap enteng kondisi jalan. Atau sederetan cerita tentang berkembangnya ilmu hitam “santet atau tenung” yang begitu melegenda dari daerah ini. Kecamatan di pesisir selatan kabupaten Trenggalek ini memang manyimpan banyak cerita, yang akan membuat anda lebih penasaran.

Empat belas tahun yang lalu sekiranya saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di salah satu kecamatan yang terkenal penghasil buah durian ini. Bukan ketakutan atau horor yang saya rasakan tetapi justru kecantikan alam yang ditawarkan dari tempat ini memang memikat hati. Mulai dari keindahan dan kekayaan pantai, sampai keberadaan hutan yang masih perawan semuanya ada. Kedua, keramahan masyarakat merupakan salah satu daya tarik yang kemudian selalu menjadi ciri khas penduduk “ndeso” atau “nggunung”. Untuk itulah kenapa selama tiga hari tiga malam sangat menikmati berada di Munjungan. Rumah mas Sulih yang berada di timur pertigaan Masaran menjadi tempat menginap saya dan mas Beni, teman dari Trenggalek . Setiap setelah subuh, kami selalu jalan – jalan ke pantai teluk Sumbreng yang ternyata sekarang lebih dikenal dengan nama pantai Blado.

Bak gayung bersambut, saya sangat antusias sekali ketika kemudian di penghujung tahun 2017 ini, beberapa teman memiliki ide untuk liburan ke Munjungan. Tak hanya sekedar membayangkan untuk bernostalgia dengan suasana, kabar teman lama dan cerita seru tentang musik. Supaya lebih berkesan kami pun punya cara sendiri, salah satunya adalah naik kendaraan terbuka. Seumur – umur memang sangat jarang bepergian menggunakan kendaraan semacam itu, kalaupun tak mau dikatakan rombongan“kambing”.

Dan ternyata benar, sepanjang perjalanan ada saja candaan dan cerita lucu selalu keluar dari pembicaraan kami. Jadi susahnya medan jalan yang ditempuh tak membuat kita takut seperti yang dialami orang - orang yang pernah kesana. Apalagi pemandangan indah puncak gunung Manikoro dan udara sejuk desa Ngadimulyo sayang kalau dilewatkan begitu saja. Mengambil gambar alias berfoto wajib dilakukan walau dari atas kendaraan pick up yang sedang melaju.

Keseruan tak berhenti sampai disitu, di pantai Blado teman – teman yang dari Munjungan sudah menunggu kedatangan rombongan kami. Tak tanggung – tanggung acara dolan – dolan yang digagas mbah Jo ini berjalan meriah. Musik elektone dan jamuan kuliner khas Munjungan ludes kami santap. Hehehehe....wajarlah kami memang rombongan orang gemuk sehat yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Pantai Blado yang semakin dipercantik bisa mengobati kejenuhan selama kami selalu disibukkan dengan aktifitas bekerja. Terutama bagi saya sendiri, mulai merasakan kembali dunia saya yang telah lama hilang dua tahun belakangan. Petualangan tak biasa ini, menuliskan cerita baru yang membiaskan banyak arti tentang kehidupan. Ada banyak pelajaran berharga bisa diambil dari indahnya sebuah kebersamaan, tempat atau teman baru, dan kearifan lokal masyarakat di sana, masyarakat Munjungan.


Terima kasih tiada terkira kepada teman – teman terutama dari MTsN Munjungan atas semuanya, yang mungkin sangat sulit untuk kami membalasnya . Semoga tali silaturrahimini tetap terjaga sampai kapanpun, diberikan umur panjang, rezeki dan waktu luang yang melimpah, agar kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan. Amin.....Dan kami akan selalu merindukan Munjungan....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar